"Pak Direktur ada di kantornya. Mari saya antar."
Calvin diantarkan ke ruang direktur di lantai sembilan belas. Saat menaiki lift, puluhan jepit rambut ekstra besar serasa menjepit dadanya. Refleks tangan Calvin mencengkeram dada sebelah kanan.
"Pak...Bapak Komisaris kenapa?" tanya dua karyawan yang mengawalnya.
Calvin sesak nafas. Dadanya sakit sekali. Mereka berhenti di lantai terdekat, lantai sembilan. Dua karyawan memapah Calvin dan mendudukkannya di sofa. Salah seorang dari mereka menelepon bagian sekretaris direktur. Mengabarkan kondisi Calvin.
"Pak Komisaris, bertahanlah. Pak Direktur sedang menuju ke sini."
Mendengar itu, Calvin tertampar rasa bersalah. Ia telah merepotkan banyak orang. Salahkah keputusannya datang ke kantor?
Tak lama, Adica berlari keluar dari lift. Kecemasan mendalam terukir di mata sipitnya. Mau tidak mau Calvin tersenyum. Semarah-marahnya Adica, dia tetap mencemaskan Calvin.
"Kamu..." geramnya.
"Bisanya merepotkanku. Tarik nafas."
Adica membimbing Calvin melakukan teknik calm breathing. Teknik pernafasan yang diajarkan Dokter Tian tiap kali Calvin sesak nafas atau merasa stress.
"Tahan selama beberapa detik atau sebisamu."