Opus 2
Jam Dinding Tertawa
-Fragmen si kembar
Dinding putih mengejeknya. Gelas minum tersenyum meremehkan. Meja, sofa biru laut, dan kisi-kisi jendela menertawakan pria tampan bermata sipit yang terkapar di ranjang. Selang oksigen menempel di hidungnya. Si pria berpiyama rumah sakit ingin sekali melepaskan benda kehijauan itu.
Pria lain, yang memakai jas hitam rapi, menarik bangku ke dekat tempat tidur. Ditatapnya saudara kembarnya penuh keprihatinan. Calvin benci tatapan Adica.
"Aku...tak suka...dikasihani." Calvin berkata lambat-lambat, seolah tengah berbicara dengan anak down syndrome.
"Ya. Aku tahu. Aku tidak mengasihanimu, hanya menyesali kebandelanmu."
Mata Calvin berkilat. Siapa yang bandel? Siapa yang akan menolong Silvi di hari pertama penebalan endomitriumnya?
"Harusnya tadi pagi kamu memanggilku," sesal Adica.
Calvin tersenyum sinis. "Silvi berteriak-teriak memanggilmu, tapi kamu lebih mementingkan salindia presentasi."
Adica tercenung. Sorot mata Calvin seakan menyalahkan. Benarkah dia telah seegois itu?