Arini tertidur setengah jam kemudian. Mata Alea mulai berat. Namun, ia batal memejamkannya karena melihat Jose keluar kamar.
"Hei, where are you going?"
Pertanyaannya tak terjawab. Alea menghela napas, berharap suaminya tidak berbuat aneh-aneh.
Lama Jose menghilang. Kini Alea tak ingin tidur. Ia khawatir, khawatir terjadi sesuatu pada suaminya.
Tiba-tiba...
Lampu mati. Alea bersyukur karena Arini tidak terbangun. Seleret cahaya jatuh menimpa kumpulan bunga anggrek di depan pintu kamar.
"Alea, ikuti anggrek ini."
Sesaat Alea merasa aneh membaca tulisan itu. Mungkinkah ini ulah Jose? Apakah pendamping hidupnya itu mengajaknya pacaran lagi setelah menikah? Ada-ada saja.
Perlahan Alea bangun dari ranjang. Dilangkahkannya kaki mengikuti lajur bunga anggrek Cattleya. Bunga-bunga itu membawanya hingga ke luar kamar.
Kaki Alea terus melangkah. Dimanakah lajur-lajur anggrek Cattleya ini berakhir? Ternyata lajur bunga berakhir di gedung utama. Jauh sekali. Berapa banyak Cattleya yang disiapkan Jose untuk memberi kejutan padanya?
Sesosok pria tinggi, berhidung mancung, dan bermata sipit berdiri tegak menantinya. Kaki prostetik di tubuhnya tak menciptakan kesan aneh. Alea mengerjapkan mata. Tersadar kalau suaminya masih memiliki sisa-sisa ketampanan.