"Terima kasih, Jose Sayang. Kamu mau kembali untukku dan Arini."
"Jangan berterima kasih padaku. Berterima kasihlah pada Calvin, malaikat pemberi kaki palsu ini."
Bukan hanya cahaya hidupnya yang kembali. Jose pun kembali mendamaikan hatinya. Dia telah berdamai dengan hati, perasaan, dan sepupu terbaiknya.
** Â Â
"Sivia...kenapa, Sayang? Kenapa menangis?"
Terburu-buru Calvin memasuki kamar utama. Dipeluknya wanita cantik bergaun tidur soft pink itu.
"Kamu tinggal-tinggal aku..." Sivia mengadu, membenamkan kepala ke dada Calvin. Menghirup dalam-dalam wangi blue seduction Antonio Banderas.
"Aku baru selesai menulis artikel. Hidup itu harus seimbang, Princess. Ada me time, ada we time, ada kerja...ya, Sayangku?"
Dengan cemas, Calvin memperhatikan kuku Sivia yang mulai memanjang. Itu bisa memudahkannya melukai diri. Didudukkannya Sivia ke ranjang. Ia memotongkan kuku wanita itu tanpa banyak bicara.
Selesai memotongkan kuku, Calvin membalurkan body lotion ke tangan dan kaki Sivia. Semua itu ia lakukan dengan penuh kasih sayang. Tiap malam, sepanjang tahun, dilakukannya tanpa mengeluh.
"Calvin..."