** Â
Di koridor, Jose menikmati sepi. Berusaha agar tetap terjaga. Mengabaikan rasa lelah yang menggerayangi sekujur tubuhnya.
Tak sekali pun ia menyesal. Biarlah, biarlah dia membayar denda senilai beberapa juta pada penerbit karena melewati deadline pengerjaan. Kondisi salah satu orang tercintanya lebih penting.
Apa pun yang telah terjadi, bagaimana pun perasaan Alea, Jose tetap menyayangi Calvin. Tidak ada dendam untuk sepupunya. Calvin tidak salah. Dia tidak pernah sengaja membuat Alea mencintainya. Alea mencintai Calvin, itu pilihannya sendiri.
"Alea..." Pria tampan bermata sipit menggumamkan nama istrinya.
Sudah tidurkah cinta pertama dan terakhirnya? Apakah ia merindukan Jose? Ah, Jose terlalu berharap. Mungkin saja yang dirindukannya adalah Calvin.
Dibukanya aplikasi chating. Hampir semua nama di kontaknya telah off. Termasuk nama Alea.
Pintu ruangan ia buka sedikit. Tertatap olehnya Calvin dan Sivia tidur sambil berpegangan tangan. Betapa romantisnya. Walau tertidur di tempat terpisah, mereka selalu dekat. Ditutupnya kembali pintu ruangan. Sisa malam dilewati Jose dalam keheningan koridor rumah sakit.
Paginya, Adica dan Rossie datang. Mereka tiba tepat pukul enam. Calvin, Jose, dan Sivia mengira mereka langsung masuk dan bersitegang dengan petugas sekuriti di luar begitu gerbang rumah sakit dibuka.
"Yipeee, kami bawa kejutan buat Calvin!" Rrossie berseru riang.
"Bukan tiramisu lagi, kan?" tanya Calvin waswas.