Putri kesayangannya mematung.
"Sivia Aisha Calvin, cuci lukamu!"
Sedetik kemudian, Sivia menghambur ke pelukan Ayah Calvin. Sang ayah menggendongnya ke kamar. Dibersihkannya luka-luka Sivvia dengan alkohol. Diobatinya luka demi luka, lalu ditutupnya dengan perban putih.
"Kenapa kamu lakukan itu, Sayangku?" tanya Ayah Calvin sedih.
"Kalau Ayah nggak ada, Sivia berantakan."
"Sekarang Ayah sudah kembali. Boleh Ayah minta kado sama Sivia?"
Anak cantik itu mengangguk. Kehadiran orang terkasih lebih berharga dari kado yang bisa dibeli dengan uang.
"Ayah ingin kamu berhenti melukai diri. Mau, kan?"