Hanya? Mata Bunda Alea memerah dan sembap. Bisa-bisanya malaikat baik hati itu menganggap ringan rasa sakitnya setelah sekian lama.
"Baiklah," pungkas Ayah Calvin tetiba.
"Kalau kamu tidak mau mengantarku pulang, aku bisa pulang sendiri. Aku bahkan masih bisa lari!"
Ayah Calvin berusaha bangkit dari tempat tidur. Kondisinya melemah. Pemerhati ekonomi merangkap pengusaha dan penulis itu jatuh pingsan.
Sepuluh kilometer dari rumah sakit, tepatnya di rumah bertingkat tiga itu, Sivia mencelupkan kakinya ke kolam renang. Merasakan dinginnya air kolam menjilati kakinya. Kantuknya lenyap. Sebuah gunting kecil tergeletak di pangkuan. Gadis cantik itu memainkan gunting, melukai tangan kanannya.
Gunting bergeser ke tangan kiri. Sivia tersenyum puas ketika kedua tangannya terluka.
Semua pergi, pergi meninggalkannya.
Selamat tinggal malam yang indah.
Selamat datang kesepian.
Sivia kembali melukai diri karena merindu. Ketika kedua paman tampannya lengah, anak itu bisa melukai diri kapan saja.
"Ayah...Ayah dimana?" rintih Sivia sambil terisak.