Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Mata Biru Kesepian

1 Oktober 2019   06:00 Diperbarui: 1 Oktober 2019   06:03 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sivia, aku buat teh sebentar ya." Calvin beranjak dari kursi piano, namun Sivia menahannya.

"Aku tidak mau ditinggal! Aku takut!" rengeknya.

Calvin mengusap-usap rambut panjang Sivia. "Aku tidak meninggalkanmu, Sayang. Aku hanya membuat teh. Sebentar saja..."

"Aku takut ditinggal-tinggal! Takut!"

Wajah Sivia terbenam di dada Calvin. Ia takut, sangat takut. Sejak Calvin sakit, ketakutan Sivia terus membesar.

"Aku tidak meninggalkanmu, Sivia. Apakah pergi membuat teh termasuk dalam kategori meninggalkanmu?"

"Iya."

Aneh sekali. Calvin tak mengerti dengan perubahan drastis sikap Sivia. Tuhan sungguh cepat dalam membuat perubahan. Kesabaran dan keikhlasannya selama ini menampakkan cerita lain.

Bermenit-menit Calvin membujuk Sivia. Akhirnya Sivia mau ditinggal. Perempuan cantik itu duduk lunglai di sofa. Pikiran negatif berkelebatan di benaknya. Bagaimana bila Calvin jatuh dari tangga? Bagaimana bila Calvin memar dan perdarahan? Dan segepok "bagaimana-bagaimana" lainnya.

Demi membunuh ketakutan, Sivia menunggu Calvin sambil membaca novel. Sekalian mencari ide untuk project skenario terbarunya. Tanpa membaca, apa yang bisa ditulis?

Skenario. Kata itu menempel di otak Sivia. Skenario identik dengan pekerjaan, kesibukan, dan DL ketat. Akankah Sivia tetap melanjutkan project yang satu itu? Mau tidak mau wanita Manado Borgo keturunan Portugis itu berpikir ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun