Mobilku berbelok ke sebuah kompleks perumahan. Suasananya menyerupai villa. Hamparan perkebunan teh dan danau jernih memanjang di belakang kompleks. Di sini udaranya sejuk dan segar. Jauh dari kesan metropolitan yang pengap dan penuh polusi. Aku mengagumi pilihan Jose ketika mengajakku tinggal di sini.
Kuparkirkan mobil di carport. Aku melangkah ke teras. Tanganku bergerak memencet bel. Pintu putih itu terbuka, dan...
"Bunda!"
Gadis kecilku membukakan pintu. Rambut pendeknya bergerak pelan. Dia menghambur ke pelukanku. Di belakang putri kecilku, kulihat Ayahnya menyusul dengan kursi roda.
"Kemana saja kamu? Arini menanyakanmu dari tadi." tanya Jose dingin.
Kuhela napas panjang. Pelan aku melepas pelukan Arini.
"Aku merawat Calvin. Dia terluka lagi..."
"Calvin, Calvin! Apa suamimu masih kurang menderita dibanding malaikatmu itu?"
Sontak kuletakkan jari di bibir, menyuruhnya diam. Aku meminta Arini pergi ke kamar. Kujanjikan kalau aku dan Jose akan menyusulnya nanti. Setelah Arini pergi, kubeberkan argumen.
"Calvin butuh perhatian kita, Jose. Justru aku percaya kamu kuat. Makanya kubiarkan kamu mengatasi Arini sendiri."
"Bilang saja kamu ingin berduaan dengan Calvin. Aku menolak lupa, Alea." tandas Jose sarkastik.