"Rambutmu sudah panjang, Alea." ujar Calvin, lembut membelai rambutku.
Hatiku berdeesir. Desiran halus yang menghangatkan. Sentuhan Calvin amat lembut. Bisa kurasakan energi kasih dalam sentuhannya.
Prak!
Ada bunyi benda jatuh di luar pagar. Kami kompak menoleh ke sumber suara. Pemuda bermata sipit yang baru saja melintas dengan sepedanya itu...
"Jose!"
Aku dan Calvin berlarian ke jalan. Kekhawatiran menyergap hati kami. Tidak, Jose tidak boleh terluka. Kami tahu dia berbeda. Tubuhnya yang spesial membuatnya tidak boleh terluka.
"Maaf, sudah mengganggu kalian. Silakan lanjutkan, aku pergi dulu." ucap Jose dingin.
Kuhela napas lega. Jose tidak terluka. Dia hanya menjatuhkan dua benda yang dibawanya.
"Kami tidak melakukan apa-apa, Jose. Ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan..." Calvin berusaha menjelaskan.
"Aku tidak butuh penjelasan. Yang kupercayai hanya mataku. Kamu bodoh kalau tidak menyadari dalamnya pandangan mata Alea padamu, Calvin."
Setelah melemparkan kata-kata itu, Jose berlalu. Aku tertegun. Semudah itukah Jose mengetahui rasaku? Padahal tak pernah kuceritakan perasaanku pada sesiapa.