Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putra Kesayangan Itu Bernama Jose Gabriel Calvin

22 September 2019   06:00 Diperbarui: 22 September 2019   06:08 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua mata tertuju padanya. Pemuda cilik berparas tampan itu menyanyi sambil menggerakkan tubuhnya dalam gerakan koreografi. Dia telah bertambah tinggi sepuluh senti sepanjang tahun ini. Posturnya yang tinggi semampai, wajah oriental nan tampan dibingkai rambut hitam dan sepasang mata sipit itu, sangat mirip Ayahnya. Jose Gabriel Calvin bernyanyi dengan suara lembut.


Kemana langkahku pergi

Slalu ada bayangmu

Ku yakin makna nurani

Kau takkan pernah terganti

Saat lautan kau sebrangi

Janganlah ragu bersauh

Ku percaya hati kecilku

Kau takkan berpaling

Walau keujung dunia, pasti akan kunanti

Meski ke tujuh samudra, pasti ku kan menunggu

Karena ku yakin, kau hanya untukku

Saat lautan kau sebrangi

Janganlah ragu bersauh

Ku yakin makna nurani

Kau takkan pernah terganti

Pandanglah bintang berpijar

Kau tak pernah tersembunyi

Dimana engkau berada

Disana cintaku (Kahitna-Untukku).

Lagu itu dinyanyikan Jose untuk Ayahnya. Ayah Calvin yang sangat dia rindukan. Setahun sudah mereka tinggal terpisah. Ayah Calvin di rumah mewahnya, Jose di sekolah internasional berformat boarding school. Jose harus meninggalkan Ayah Calvin dalam rangka progrma pertukaran pelajar.

Kini, masa pertukaran pelajarnya telah lewat. Jose tampil di dua acara sekaligus ahri ini: menyanyi di pesta akhir tahun ajaran dan fashion show. Sebuah brand pakaian anak mengontraknya sebagai model. Anak itu memang pintar dan berbakat. Orang tua mana pun akan bangga memiliki anak seperti dirinya.

Seraut wajah lembut itu mengguratkan senyum. Ia berharap Ayah Calvin mendengar senandung cintanya.

Tapi...

Benarkah Ayah Calvin juga merindukan anak semata wayangnya?

Lihatlah, pria berkacamata itu tengah duduk manis di private room. Ia menemani bocah seumuran Jose yang tak kalah tampan. Anak lelaki itu berparas perpaduan Sunda dan Kaukasia. Tipikal wajahnya unik dan senyumnya manis.

"Dua hari ini saya tidak kesepian..." ungkap anak lelaki berbaju putih itu.

Ayah Calvin tersentuh. Dituangkannya air mineral ke gelas si anak laki-laki.

"Kamu tidak akan kesepian, Sayang. Andrio punya Ayah Calvin, punya Jose, dan punya banyak orang yang menyayangi." Ayah Calvin berujar lembut.

Andrio tersenyum tipis. Pelan menyesap isi gelasnya. Di balik senyumnya, teronggok fakta kalau anak itu menyimpan penyakit. Ia sedang bersahabat dengan Leukemia.

Sejurus kemudian, Ayah Calvin menarik tubuh Andrio ke pelukannya. Diajaknya Andrio berfoto. Dipotongkannya steak di piringnya. Pria tampan berjas hitam itu mencurahkan kasih sayang untuk anak yang beda etnis dengannya.

Suara musik dan nyanyian lembut Jose terdengar jelas dari private room. Walau tengah memperhatikan Andrio, Ayah Calvin tetap memikirkan Jose.

Tak lama, Jose masuk ke private room. Sesaat Ayah Calvin merasa bersalah. Jangan-jangan anak tunggalnya marah dan cemburu. Ia harus menjelaskan sesuatu. Dihampirinya Jose, lalu dipeluknya pundak anak itu.

"Sayangku...bukan maksud Ayah mengabaikanmu. Selama setahun kepergianmu, Ayah merawat Andrio. Ayah rindu merawat anak...maaf ya."

Jose masih terlalu kecil untuk memahami syndrom empty nest, sindrom sarang kosong yang dirasakan para orang tua ketika ditinggal sang anak. Anehnya, Jose tersenyum. Bahkan seperti ingin tertawa.

"Jose Sayang...ada orang-orang tertentu...yah, orang-orang yang punya uang lebih dan mereka ingin menyayangi anak lain. Kamu mengerti kan?"

"Jose paham kok." kata anak itu cepat.

"Benar kamu paham, Nak?"

"Iyalah. Anak angkatnya Ayah Calvin memang Andrio, tapi putra kesayangannya ya tetap Jose Gabriel Calvin." ucap Jose narsis.

Ayah Calvin tertawa, lalu mengacak-acak rambut Jose. Hatinya lega. Ternyata sang anak sama sekali tidak cemburu. Dan ia tidak perlu diberi tahu bahwa Ayah Calvin tetap menjadikannya sebagai anak kesayangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun