Semua mata tertuju padanya. Pemuda cilik berparas tampan itu menyanyi sambil menggerakkan tubuhnya dalam gerakan koreografi. Dia telah bertambah tinggi sepuluh senti sepanjang tahun ini. Posturnya yang tinggi semampai, wajah oriental nan tampan dibingkai rambut hitam dan sepasang mata sipit itu, sangat mirip Ayahnya. Jose Gabriel Calvin bernyanyi dengan suara lembut.
Kemana langkahku pergi
Slalu ada bayangmu
Ku yakin makna nurani
Kau takkan pernah terganti
Saat lautan kau sebrangi
Janganlah ragu bersauh
Ku percaya hati kecilku
Kau takkan berpaling
Walau keujung dunia, pasti akan kunanti
Meski ke tujuh samudra, pasti ku kan menunggu
Karena ku yakin, kau hanya untukku
Saat lautan kau sebrangi
Janganlah ragu bersauh
Ku yakin makna nurani
Kau takkan pernah terganti
Pandanglah bintang berpijar
Kau tak pernah tersembunyi
Dimana engkau berada
Disana cintaku (Kahitna-Untukku).
Lagu itu dinyanyikan Jose untuk Ayahnya. Ayah Calvin yang sangat dia rindukan. Setahun sudah mereka tinggal terpisah. Ayah Calvin di rumah mewahnya, Jose di sekolah internasional berformat boarding school. Jose harus meninggalkan Ayah Calvin dalam rangka progrma pertukaran pelajar.
Kini, masa pertukaran pelajarnya telah lewat. Jose tampil di dua acara sekaligus ahri ini: menyanyi di pesta akhir tahun ajaran dan fashion show. Sebuah brand pakaian anak mengontraknya sebagai model. Anak itu memang pintar dan berbakat. Orang tua mana pun akan bangga memiliki anak seperti dirinya.
Seraut wajah lembut itu mengguratkan senyum. Ia berharap Ayah Calvin mendengar senandung cintanya.
Tapi...
Benarkah Ayah Calvin juga merindukan anak semata wayangnya?
Lihatlah, pria berkacamata itu tengah duduk manis di private room. Ia menemani bocah seumuran Jose yang tak kalah tampan. Anak lelaki itu berparas perpaduan Sunda dan Kaukasia. Tipikal wajahnya unik dan senyumnya manis.
"Dua hari ini saya tidak kesepian..." ungkap anak lelaki berbaju putih itu.
Ayah Calvin tersentuh. Dituangkannya air mineral ke gelas si anak laki-laki.
"Kamu tidak akan kesepian, Sayang. Andrio punya Ayah Calvin, punya Jose, dan punya banyak orang yang menyayangi." Ayah Calvin berujar lembut.
Andrio tersenyum tipis. Pelan menyesap isi gelasnya. Di balik senyumnya, teronggok fakta kalau anak itu menyimpan penyakit. Ia sedang bersahabat dengan Leukemia.
Sejurus kemudian, Ayah Calvin menarik tubuh Andrio ke pelukannya. Diajaknya Andrio berfoto. Dipotongkannya steak di piringnya. Pria tampan berjas hitam itu mencurahkan kasih sayang untuk anak yang beda etnis dengannya.
Suara musik dan nyanyian lembut Jose terdengar jelas dari private room. Walau tengah memperhatikan Andrio, Ayah Calvin tetap memikirkan Jose.
Tak lama, Jose masuk ke private room. Sesaat Ayah Calvin merasa bersalah. Jangan-jangan anak tunggalnya marah dan cemburu. Ia harus menjelaskan sesuatu. Dihampirinya Jose, lalu dipeluknya pundak anak itu.
"Sayangku...bukan maksud Ayah mengabaikanmu. Selama setahun kepergianmu, Ayah merawat Andrio. Ayah rindu merawat anak...maaf ya."
Jose masih terlalu kecil untuk memahami syndrom empty nest, sindrom sarang kosong yang dirasakan para orang tua ketika ditinggal sang anak. Anehnya, Jose tersenyum. Bahkan seperti ingin tertawa.
"Jose Sayang...ada orang-orang tertentu...yah, orang-orang yang punya uang lebih dan mereka ingin menyayangi anak lain. Kamu mengerti kan?"
"Jose paham kok." kata anak itu cepat.
"Benar kamu paham, Nak?"
"Iyalah. Anak angkatnya Ayah Calvin memang Andrio, tapi putra kesayangannya ya tetap Jose Gabriel Calvin." ucap Jose narsis.
Ayah Calvin tertawa, lalu mengacak-acak rambut Jose. Hatinya lega. Ternyata sang anak sama sekali tidak cemburu. Dan ia tidak perlu diberi tahu bahwa Ayah Calvin tetap menjadikannya sebagai anak kesayangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H