"Minah! Minaaaah!" teriak Nyonya Sivia. Bikin saya kaget aja. Saya lari ke atas.
Yesusku, Bunda Maria, kuatkan saya. Di sana saya lihat Nyonya Sivia gigit lengan Tuan Calvin lagi! Tapi Tuan tetap tidur.
"Kamu tidur kayak orang mati!" bisik Nyonya Sivia kasar.
Nggak kerasa, air mata saya meleleh. Ya, Tuhan, nggak tega saya. Tuan segini baiknya kok digigitin mulu.
"Minah, temenin saya sampai Calvin bangun!"
"Iya, Nyonya."
Kami diem-dieman. Saya tahu, tahu pisan kalau Nyonya Sivia sebenarnya menyesal. Keliatan kok dari mata birunya. Yah, Nyonya Sivia memang geulis. Geulis kayak putri. Matanya biru kayak bule. Mukanya imut kayak boneka Barbie. Tapi...alamak, cantik-cantik gelo.
Sambil nangis, Nyonya Sivia mainin piano. Nyonya Sivia nyanyi.
Tak 'ku mengerti mengapa begini
Waktu dulu 'ku tak pernah merindu
Tapi saat semuanya berubah