Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] ART Paling Beruntung

17 September 2019   06:00 Diperbarui: 17 September 2019   06:56 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Minah! Minaaaah!" teriak Nyonya Sivia. Bikin saya kaget aja. Saya lari ke atas.

Yesusku, Bunda Maria, kuatkan saya. Di sana saya lihat Nyonya Sivia gigit lengan Tuan Calvin lagi! Tapi Tuan tetap tidur.

"Kamu tidur kayak orang mati!" bisik Nyonya Sivia kasar.

Nggak kerasa, air mata saya meleleh. Ya, Tuhan, nggak tega saya. Tuan segini baiknya kok digigitin mulu.

"Minah, temenin saya sampai Calvin bangun!"

"Iya, Nyonya."

Kami diem-dieman. Saya tahu, tahu pisan kalau Nyonya Sivia sebenarnya menyesal. Keliatan kok dari mata birunya. Yah, Nyonya Sivia memang geulis. Geulis kayak putri. Matanya biru kayak bule. Mukanya imut kayak boneka Barbie. Tapi...alamak, cantik-cantik gelo.

Sambil nangis, Nyonya Sivia mainin piano. Nyonya Sivia nyanyi.

Tak 'ku mengerti mengapa begini

Waktu dulu 'ku tak pernah merindu

Tapi saat semuanya berubah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun