Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] ART Paling Beruntung

17 September 2019   06:00 Diperbarui: 17 September 2019   06:56 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu juga, saya pulkam ke Kuningan. Diantar langsung sama majikan kasep! Tuan Calvin bawa mobil putihnya yang mewah itu. Tiris pisan di dalam mobil. Heran, Tuan Calvin kayak manusia es ya. Kuat pakai AC.

Kampung geger gegara saya diantar majikan kasep bermobil mewah dan berjas bagus. Dikiranya saya mau kawin lagi. Tuan Calvin ramah pisan sama anak-anak dan warga kampung saya. Semua orang disalamin. Dia nurut aja pas diajak poto-poto. Anak kecil dia gendongin, diciumin, dan dikasih coklat satu-satu. Yah maklum sih, Tuan Calvin kan memang nggak bisa punya anak. Ups...bocor deh rahasia rumah tangga.

Si Esih girang pisan ibunya datang. Langsung aja saya bantu-bantu nyiapin acara. Puji Tuhan, persiapannya lancar.

Acara tingkeban teh maksudnya biar si ibu dan anak dalam kandungannya selamat pas lahiran nanti. Tingkeb asalnya dari kata tutup, artinya suami harus libur dulu berhubungan sama istrinya sampai hari ke40 sesudah persalinan. Calon ibu yang lagi hamil jangan kerja terlalu keras.

Saya lihat dengan bangga pas Esih dimandiin sama tujuh anggota keluarga suaminya ditemenin paraji. Ada tujuh kain batik buat pelengkap di tiap guyuran. Eh itu ngomong-ngomong Tuan Calvin seneng banget liatin acaranya. Malah poto-poto mulu dari tadi.

"Minah, itu belutnya buat apa ya? Pakai dikenain segala ke perut anak kamu..." tanya Tuan Calvin selesai guyuran ketujuh.

"Oh, itu. Maksudnya supaya nanti anaknya lahir dengan lancar. Licin lincah, kayak belut gitu." sahut saya.

"Ternyata beda ya, sama baby shower."

Sementara Esih dimandikan, si Jajang-suaminya-sibuk ngegambarin tokoh wayang di atas buah kelapa gading. Kelapa itu ditaruh di samping kendi air yang buat mandiin Esih. Lagi-lagi Tuan Calvin tertarik. Saya ditanya soal kelapa gading yang digambarin tokoh wayang.

"Itu biar bayinya nanti bisa berbuat baik, bisa bermanfaat buat banyak orang. Tuh, kayak kelapa gading yang kulitnya cantik. Pas dibelah, keluar air segar dan manis. Kayak gitu, Tuan." Saya jelasin sambil senyum.

Abis dimandiin, Esih dibawa ke tempat rujak kanistren. Badannya dipakein kebaya plus kain batik. Tuan Calvin motret-motret lagi. Si Jajang malah ngira Tuan Calvin wartawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun