Di luar sana, hujan kian lebat. Tusukan hawa dinginnya menembus tembok dan kaca. Refleks Jose menekapkan tangan ke dada.
Hujan, hujan membuatnya serasa jauh dari sang ayah. Jose membenci hujan. Tetesan air langit pula yang membuat orang mudah sakit.
Sakit? Lagi-lagi ucapan Ayahnya melintas.
"Sepertinya Ayah mau flu."
Demi mendengar itu, langsung saja Jose meminta pada Yang Memberi Hidup agar penyakit ringan semacam flu tak menghinggapi tubuh Ayah Calvin. Bila perlu, dirinya saja yang sakit. Tak terbayangkan bila Ayah Calvin harus meminum lebih banyak obat lagi.
Voilet, dirinyalah yang sakit. Obatnya bertambah lagi. Tak apa, sungguh tak apa. Jose rela dirinya lebih sakit asalkan kondisi Ayahnya terkontrol.
Hmmmm, punya kelainan darah memang merepotkan.
Deru mobil memburai lamunan. Tergesa Jose membuka pintu utama. Ah, itu mobil putih yang dinantinya. Pria tampan berkacamata turun dari mobil. Ayah Calvin mengenakan jas putih, tampan seperti malaikat.
"Sayangku...kenapa tidak istirahat? Ayo kembali ke kamarmu," kata Ayah Calvin lembut. Disentuhkannya tangan ke kening Jose. Hangat, hangat yang sama seperti tadi pagi.
"Dimana Bunda Alea?" Jose bertanya, mengira sosok cantik itu akan turun dari mobil menyusul Ayahnya.
"Bundamu di Hotel Pullman, mempresentasikan pekerjaannya."