Betapa kelirunya dia.
Sesungguhnya, anak dan ayah itu sulit sekali dipisahkan. Benang merah di hati mereka selalu menuntut ingin bertaut. Mereka menjerit, meronta, dan memberontak ingin ditautkan dengan benang pasangannya.
Ketika rontaan benang-benang cinta itu terus menghimpit, Ayah Calvin tak tahan lagi. Perlahan ia bangkit dari tempat tidurnya. Disambuti tatapan cemas Bunda Alea.
"Calvin, kau mau kemana?" sergahnya.
"Aku mau ke rumah Revan. Anakku ada di sana." lirih Ayah Calvin.
"Anak kita, Calvin." ralat Bunda Alea jengah.
"Aku ikut ya."
Ayah Calvin menggeleng. "Nope. Kau harus tidur, semalaman kau menjagaku."
Suhu 39 C yang menghangati tubuh suaminya membuat waktu tidur Bunda Alea terkuras. Dalam kondisi setengah sadar, sering kali Ayah Calvin menyebut nama Jose.Â
Nyaris saja Bunda Alea nekat melarikan Ayah Calvin ke rumah sakit, tetapi ditentang habis-habisan oleh si pemilik raga. Terselip kecurigaan di dasar hati Bunda Alea. Ayah Calvin menghindari rumah sakit.
"Kau yakin tidak ingin ditemani?" Bunda Alea meragu, matanya berkilau cemas.