Cepat sekali Tuhan mengabulkan doanya. Pengantar bunga misterius itu, berdiri anggun tepat di depannya!
"Iya. Itu aku...kamu masih ingat suaraku?" gumam Jose tak percaya.
Si gadis mengangguk. Diletakkannya keranjang bunga ke rumput. Jose menarik tangannya ke bangku taman.
"Siapa namamu?" tanya Jose.
"Sivia."
Sedetik. Tiga detik. Lima detik, kenapa persis nama ibu kandungnya? Mengapa nama mereka sama? Bahkan, warna mata mereka pun serupa. Tak ada pertemuan yang terjadi karena kebetulan. Semua telah disetting olehNya.
Tangan si gadis terulur. Jose menerimanya. Sebuah tanya meluncur dari bibir Sivia.
"Kalau kamu...siapa?"
"Aku...Diaz." jawab Jose spontan.
Entah mengapa, Jose tak ingin Sivia tahu namanya. Kalaupun ia meninggal nanti, biarlah Sivia mengingatnya sebagai Diaz. Bukan sebagai Jose, Jose yang menyandang nama Calvin di belakang namanya.
"Bunga-bunganya segar ya. Kenapa kamu suka kasih bunga? Kenapa nggak makanan aja?" Jose menuntaskan rasa penasarannya.