Sampai kapan mau kecewa terus? Bisik hati wanita itu masygul. Jose belum sepenuhnya mengerti. Biar bagaimanapun, Ayah Calvin tak sempurna. Terkadang dia bisa membuat anaknya kecewa.
Tadi pagi, Jose menolak ditemani kemoterapi oleh Ayah Calvin. Dia hanya mau bersama Bundanya. Jose tak tahu betapa perih hati Ayah Calvin mengalami penolakan begitu. Ayah Calvin yang berpembawaan tenang, takkan menampakkannya di depan sesiapa.
Kemoterapi dimulai. Obat-obat disuntikkan ke lengan. Tujuh jam lamanya Jose harus bertahan merasakan sakit. Biarlah, biarlah begitu. Demi menjemput kesembuhan.
Ada yang menguatkannya hari ini: kehadiran Bunda Alea dan kesempatan bertemu pengantar bunga misterius. Dalam hati, Jose berharap gadis kecil itu mengantarkan bunga ke kamar rawatnya. Kalau tidak, ya tidak apa-apa.
Kurangi harapan, begitu kata Ayah Calvin. Jangan terlalu berharap pada sesuatu yang tidak bisa kita kontrol. Mau tak mau Jose ingat itu. Petuah-petuah Ayahnya terlanjur tertanam kuat dalam memori.
"Apa yang kaurasakan, Sayang?" tanya Bunda Alea lembut.
"Dingin..." rintih Jose, merapatkan selimutnya.
Bunda Alea mendekapnya. Dekapan ini membuat kepingan-kepingan kenangan berhamburan. Mengapa rasanya persis seperti dekapan Ayah Calvin? Tidak, Jose sedang kecewa berat dengan Ayahnya. Jangan diingat-ingat terus.
Dengan lembut, Jose melepas pelukan Bunda Alea. Ia harus kuat. Ia pasti bisa. Ini baru kemoterapi pertama. Jangan panggil dia Jose Gabriel Calvin jika tak kuat menghadapinya.
Jose membuktikan kemoterapi tak selamanya menakutkan. Kemoterapi tak harus melemahkan. Semuanya akan baik-baik saja.
** Â Â