Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Calvin, Jose, Alea] Di mana Kami Akan Beribadah?

18 Juli 2019   06:00 Diperbarui: 18 Juli 2019   07:12 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf ya...kemarin-kemarin aku lupa. Kita coba cari jalannya." lanjut Jose menyesal.

"Nggak apa-apa kok. Kamu kan lagi sakit."

Jose menggigit bibirnya. Ia sebal dengan kata 'sakit'. Haruskah sakit menjadi pembenaran untuk bersikap seenaknya dan mengabaikan orang lain?

Selepas kepulangan Steven, Jose mengingatkan Ayahnya tentang penutupan gereja. Ayah Calvin enggan menanggapi. Reaksi sang ayah membuat Jose kecewa.

"Mana Ayah Calvin yang baik hati? Ayah kan malaikatnya Jose..." protesnya.

Ayah Calvin menghela nafas berat. Kesedihan membayangi wajahnya. Ditariknya tubuh Jose ke dalam rengkuhan. Pelan-pelan dicobanya membuat Jose mengerti.

"Sayang, bukannya Ayah nggak mau bantu Steven. Ayah punya trauma soal itu." jelasnya lembut, lembut sekali.

"Trauma apa?"

"Dulu...dulu sekali sebelum Jose lahir, Ayah pernah mengurus izin mendirikan vihara. Prosesnya sangat sulit. Ayah menghadapi banyak penolakan. Mereka takut vihara itu merusak keyakinan orang-orang non-Buddha yang tinggal di sekitarnya. Mau mendirikan vihara saja dipersulit dimana-mana. Perjuangan Ayah ditentang banyak orang. Puncaknya...mereka melukai Ayah."

Suara Ayah Calvin begitu lembut. Lembut dan sedih. Hati Jose teriris mendengarnya.

"Ya sekarang Ayah buktiin dong kalo Ayah bisa bantu minoritas. Luka masa lalu bisa jadi kekuatan kita." saran Jose.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun