Di mana Kami Akan Beribadah?
Jose anak yang kuat. Ayah Calvin bangga padanya. Kesedihannya karena harus kemoterapi tak berlangsung lama.
Semangat hidup yang tinggi, ditambah doa tulus Ayah Calvin dan Bunda Alea, membuat Jose cepat pulih. Dia dibolehkan keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan selama lima hari. Dokter Tian berbaik hati. Ia luluskan permintaan Jose untuk pulang tepat ketika pemuda cilik itu sudah bosan berbaring terus.
Kamis sore, Jose meninggalkan rumah sakit. Hatinya disusupi rasa kecewa. Kalau saja pengantar bunga misterius itu datang di Hari Kamis, pasti dia masih bisa bertemu. Sayangnya, ekspektasi tak sesuai dengan realita.
Bunda Alea menangkap kecewa di mata Jose. Dihiburnya anak satu-satunya itu. Walau ia tak tahu pasti alasan di balik setitik kecewa.
"Jose kuat...Bunda sama Ayah bangga sama kamu. Kamu mau hadiah apa?" Bunda Alea menanyainya saat mereka melewati pelataran rumah sakit.
"Hadiah? Aku kan nggak ulang tahun...nggak dapat nilai bagus juga." ulang Jose bingung.
Ayah Calvin mengulas senyuman lembut. "Hadiah kan nggak harus diberikan pas ulang tahun atau berprestasi. Ketegaran Jose lebih berharga dibanding angka-angka di atas kertas."
Keraguan Jose buyar. Dia pun menyebutkan sesuatu yang sangat diinginkannya akhir-akhir ini: nonton film bersama Ayah-Bundanya. Ya, hanya itu. Jose hanya ingin quality time dengan nonton film bersama. Sederhana, tetapi berkesan.
Permintaan Jose di luar prediksi. Semula, Ayah Calvin dan Bunda Alea mengira anak mereka akan meminta gadget keluaran terbaru, kamera dengan kecanggihan paling mutakhir, makan di resto mewah, atau jalan-jalan ke luar negeri. Ternyata permintaan Jose simple saja.
Mereka pun menonton film bersama. Film pilihannya pun sangat inspiratif: Keluarga Cemara. Sebuah film yang diangkat dari sinetron legend pada zamannya. Film itu cocok dengan harapan Jose. Harapan untuk melewati waktu bersama keluarga.