Voilet, cara halusnya berhasil. Ayah Calvin terbangun. Hati Bunda Alea melonjak gembira. Ingatannya melayang pada kisah Snow White dan Sleeping Beauty.
"Pagi ini aku dicium Princess," kata Ayah Calvin, menatap istrinya penuh arti.
Pipi Bunda Alea merona. Ia berpaling demi menutupi kekikukannya.
"Minum obat dulu, Sayang. Aku ambilkan ya."
Bunda Alea menyiapkan beberapa butir obat. Dituangkannya air putih ke dalam gelas. Dalam kepalanya, terngiang penjelasan Ayah Calvin tentang alasannya minum obat-obatan pengencer darah pada jam yang sama setiap hari. Semata demi kestabilan.
"Pelan-pelan..." Bunda Alea berbisik memperingatkan. Dia takut, takut Ayah Calvin memuntahkan kembali obatnya seperti beberapa minggu lalu.
Sakit bukan pilihan. Seperti kelahiran, tak ada yang bisa memilih hadirnya penyakit ke dalam jiwa-raga. Manusia normal mana pun takkan mau dengan senang hati menggantungkan hidupnya pada obat setiap hari.
Mendung menggelayuti hati Bunda Alea. Dibunuhnya mendung di hati dengan menonton film super pendek bertajuk The Other Pair. Sebuah film berdurasi empat menit yang berhasil merebut penghargaan Luxor.
"Sesuatu akan menjadi sempurna bila satu sama lain saling melengkapi, Alea." Ayah Calvin berujar tanpa diduga. Ia telah menghabiskan obatnya. Kini tatapannya tertuju ke layar, mengikuti jalannya film itu.
"Iya. Seperti kau dan aku..."
Lalu Bunda Alea bercerita kalau ia pernah menonton film ini di tengah kemacetan ibu kota dan kesibukan pertemuan kerja. Ayah Calvin mendengarkan dengan sedikit cemas. Akankah istrinya kembali tenggelam dalam kesibukan suatu saat nanti?