Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Calvin, Jose, Alea] Sahabat Selamanya

9 Juli 2019   06:00 Diperbarui: 9 Juli 2019   06:16 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Steven membeku. Tangannya yang belepotan krim menggantung bagai robot kehabisan baterai. Di pikirannya, terbayang wajah sang ibu. Ibunya akan kecewa sekali jika tahu dirinya dihukum.

"Miss harusnya menghukum saya juga. Cup cake itu kan dari saya." Jose berkata tegas.

"Oh tidak, Jose. Tetap di tempatmu. Kamu lagi sakit..."

"Sakit bukan alasan buat lari dari hukuman, kan? Hhukumlah anak Ayah Calvin, baru adil."

Seisi kelas terkagum-kagum. Di saat gerombolan orang dewasa yang disebut koruptor pura-pura sakit agar terhindar dari hukuman, anak belia seusia Jose justru tak ingin lari. Lutut Ms. Erika melemas. Dia tak menyangka, sungguh tak menyangka Jose sesportif itu.

Jose menarik tangan Steven. Mereka berdua keluar kelas. Dua puluh lima pasang mata mengikuti mereka.

Di luar kelas, Steven berulang kali minta maaf. Hatinya dipukul rasa bersalah. Gegara dia, Jose dihukum. Jose menepis permintaan maaf Steven. Baginya, tidak ada yang perlu dimaafkan.

"Oh ya, memangnya kamu sakit apa sih?" tanya Steven penasaran.

"Kamu nggak perlu tahu. Nggak penting." Jose mengelak.

Steven tak memaksa. Diperhatikannya Jose yang melempar pandang rindu ke arah lapangan basket. Bukannya Jose jago main basket? Mengapa Steven tak pernah melihatnya memberikan tembakan indah ke dalam ring?

"Mau main basket? Aku temenin yuk...walaupun aku nggak bisa-bisa amat sih." Steven menawari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun