"Calvin, kau tahu? Jas ini kubeli di Canada 21 tahun lalu. Dulunya ini milik temanku, tapi tidak muat di tubuhnya. Kubeli saja dengan harga persahabatan." kenang Bunda Alea.
"Oh ya? Bukankah jas seperti itu biasanya mahal?" Ayah Calvin memajukan tubuhnya, melihat jas itu dari dekat.
"Iya. Tapi aku mendapatkannya dengan harga 20 Dollar Canada."
"Wow, kamu beruntung. Aku juga mau...ah."
Tetiba Ayah Calvin mengerang kesakitan. Barbel seberat 110 kilo serasa menimpa kepalanya.
"Calvin, are you ok?" desah Bunda Alea cemas.
"Kepalaku sakit, Alea. Sejak minggu kemarin..." rintih Ayah Calvin, tak bisa lagi menutupinya.
"Harusnya kaubilang padaku! Aku bisa membawamu ke rumah sakit!" Bunda Alea memprotes, matanya berkaca-kaca.
Ia didera ketakutan. Bagaimana bila gumpalan darah beku itu ada di otak malaikat tampan bermata sipitnya? Pastilah Ayah Calvin sangat kesakitan. Jika benar adanya, gumpalan darah beku tak bisa dibiarkan menetap begitu saja.
Ayah Calvin menghela nafas dalam. Sakitnya terasa menusuk hingga ke dalam tulang tengkorak. Penglihatannya sedikit kabur. Sejurus kemudian, Bunda Alea bangkit. Dipapahnya Ayah Calvin keluar cafe.
Tawaran Bunda Alea untuk ke rumah sakit ditolak mentah-mentah. Pulang ke mansion utama milik keluarga, itulah yang Ayah Calvin inginkan. Terpaksa Bunda Alea menurutinya. Ia sendiri yang mengemudikan BMW putih kepunyaan Ayah Calvin.