Prang!
Bunyi barang pecah di kaki tangga menyadarkan mereka. Refleks Ayah Calvin dan Bunda Alea melompat berpisah. Terburu menaiki tangga ke teras.
"Jose!" Bunda Alea memekik tertahan.
"Sayang..." Ayah Calvin berkata cemas, cemas luar biasa.
Guci mahal itu hancur. Kaki, tangan, dan kepala Jose terluka. Darah segar menodai marmer bagai bunga-bunga merah.
Kesakitan berbaur dengan kecemasan. Mudah sekali Jose terluka, persis Ayahnya. Mungkinkah mereka memiliki kelainan darah yang sama?
"Ayah..." rintih Jose kesakitan.
Tanpa kata, Ayah Calvin menggendongnya ke kamar utama. Bunda Alea memanggil dokter. Ketiga asisten rumah tangga panik melihat ceceran darah.
Hati Jose perih, sangat perih. Mengapa Ayahnya baru kembali sekarang? Luka adalah kunci.
"Ayah...Jose nggak mau sakit terus. Jose mau main basket lagi, traveling sama Ayah, dan lanjutin nulis Manusia Bandara."
Dalam kesakitan, anak lelaki berparas tampan dan berhidung mancung itu menyebut-nyebut harapannya. Ayah Calvin terenyuh. Ya, waktunya tersita untuk hal lain akhir-akhir ini. Pantas saja bila sang buah hati semata wayang merindukannya.