Hari Ulang Tahun Syifa
Tahun ajaran baru telah dimulai. Di saat teman-teman seumurannya kembali ke sekolah, Jose masih tertahan di rumah. Ia harus memakai kursi roda itu. Entah sampai kapan.
Jose sedih dan kesepian. Baginya, terkurung di rumah besar dan hanya bisa duduk di kursi roda seburuk tertahan di penjara. Lebih parah lagi, Ayah Calvin tak punya banyak waktu untuknya. Beruntung pagi itu Paman Adica datang menghapus kesepiannya.
"Hei Mr. Phlegm, aku bawa anakmu jalan-jalan ya." katanya to the point begitu dipersilakan masuk.
"Hm. Jangan jauh-jauh," Ayah Calvin menyahut pendek. Wajahnya tetap terarah ke layar MacBook.
Paman Adica mendorong kursi roda Jose meninggalkan rumah. Untaian kabut tipis menutup pagi. Awan putih merengkuh matahari, mengekang langkahnya untuk memberi kehangatan. Tak layak dikatakan sebagai pagi yang cerah.
Rasa terima kasih mengaliri hati Jose. Senangnya bisa keluar sebentar. Sudah lama Ayah Calvin tak mengajaknya jalan-jalan. Justru Paman Adica yang mengerti kemauannya.
Mereka tiba di taman kompleks. Samar terdengar dentang lonceng gereja dari kejauhan, disusul genta vihara dan alunan shalawat. Panggilan puja bakti, seruan ajakan doa Malaikat Tuhan, dan puji-pujian pada Rasulullah beerpadu indah. Harmonis, syahdu, menggetarkan. Seketika Jose teringat ketiga sahabatnya.
"Anak nakal, kau kenapa?" Paman Adica membungkuk di depannya, menatap Jose lekat.