Sedetik. Tiga detik. Lima detik, Jose berlutut. Ia meraih tangan Ayahnya dengan tashim.
"Ayah Calvin...maafin Jose ya. Maaf, Jose banyak salah sama Ayah. Jose sering bikin Ayah sedih."
Tersentuh olehnya baret-baret di tangan Ayah Calvin. Hati kanak-kanaknya yang lembut putih dihujam rasa bersalah.
"Maaf lahir batin, Ayah. Jose sayang Ayah Calvin."
Gelembung keharuan di hatinya pecah. Ayah Calvin memeluk Jose dengan lembut. Mencium keningnya penuh kasih.
"Ayah juga minta maaf, Sayangku." bisiknya.
Jose dan Ayah Calvin berpelukan, erat dan lama. Hangat emngaliri tubuh mereka. Racun kesepian menemukan penawarnya.
Sejurus kemudian, Jose berdiri lagi. Lantai yang dipijaknya serasa berputar. Wajahnya semakin pias. Aliran darah serasa berputar-putar cepat di bawah kakinya. Disusul rasa mual yang menghebat.
"Ayah, Jose amu muntah..." erangnya.
Cepat-cepat Ayah Calvin mengambilkan piala ginjal. Jose muntah. Htai Ayah Calvin teriris melihatnya. Dulu, dialah yang sering mengalaminya. Mengapa kini harus Jose?
** Â Â