Calvin, Jose, Alea, dan Hari Raya Kesepian
Hari raya tahun ini, Jose lewatkan berdua saja dengan Ayah Calvin. Tak ada yang spesial. Justru apa yang ditakutkannya terjadi.
"Ayah, kenapa Jose harus pakai kursi roda?" protes Jos kecewa.
"Jose kan lagi sakit. Nanti kalau sudah sembuh, tidak perlu pakai kursi roda lagi." jelas Ayah Calvin sabar, sangat sabar.
"Jose mau sembuh! Jose nggak mau di kursi roda!" seru Jose frustrasi. Wajah tampannya dihiasi gurat kesedihan.
Tangan Ayah Calvin terulur. Lembut dielus-elusnya rambut Jose. Ditenangkannya anak tugngalnya itu. Jose butuh ketenangan dan kekuatan, Ayah Calvin sangat mengerti apa yang diperlukan putra satu-satunya.
Duduk diam terlalu lama bukanlah hal menyenangkan untuk Jose. Dia terbiasa melakukan banyak hal. Main basket adalah kegiatan favoritnya selain menulis novel dan main piano. Tapi, ia tak bisa melakukan itu karena harus memakai kursi roda. Ingin rasanya Jose membuang benda ini.
"Jangan sedih, Sayang. Ini kan hari raya...dan ada Ayah." hibur Ayah Calvin.
Jose menundukkan wajah. Apa bedanya? Hari raya ataupun hari biasa, ia tetap kesepian. Bahkan, hari raya tahun ini lebih sunyi dari sebelumnya. Tak ada lagi ketukan pintu di pagi hari dan jabatan tangan dari ketiga sahabatnya. Tak ada lagi pelukan hangat dan saling bermaafan. Mereka telah pergi.