Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Oposisi Tak Berkelas, People Power, dan Kecemasan Young Lady

20 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 20 Mei 2019   06:02 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sidang DPR (Kompas.com)

Faktanya, 02 yang suka naik kuda itu sudah kalah berkali-kali. Sekalipun tanpa adanya pak ganteng Opanya Jan Ethes pun, dia pasti kalah. Kekalahan itu disebabkan oleh takdir dan dirinya sendiri. Jelas-jelas 02 ini salah strategi, salah membangun citra, salah fokus, dan salah-salah lainnya. Dari awal, 02 hanya fokus menjatuhkan lawannya tanpa membuat prestasi. Ya jelas kalah dong.

Bandelnya 02. Sudah kalah, tak mau mengakui. Dia sukanya lari dari kenyataan. Kalah ya kalah aja kaliiii.

Hmmmm, sebenernya Young Lady sudah diperingatkan "Calvin Wan" kalau tema ini kontroversial. Tapi biarin ajalah. Kalau ada komen jelek tinggal dihapus.

Makin dekat hasil pengumuman resmi KPU, makin besar ketakutan di hati Young Lady cantik. Young Lady takut Mei 98 akan terulang lagi. Bahkan lebih parah dan berdarah. Young Lady takut, banyak darah orang-orang tak bersalah tertumpah di jalan raya. Young Lady takut, banyak ceceran darah manusia-manusia yang sesungguhnya malaikat tertumpah, hanya karena ulah iblis-iblis haus kekuasaan.

People power, memangnya perlu ya? Memangnya harus ya? Tidak, kan? Toh rezim kita ini bukan rezim otoriter seperti Orde Baru. Kalau Young Lady sih, no way lah ya Orde Baru bangkit lagi.

Coba pikir lagi. Hei kalian yang otak dan hatinya dihitamkan nafsu kekuasaan, apakah people power dapat mengubah kenyataan? Apakah kalian pikir, para pendukung Papanya Mas Kaesang akan diam saja? Apakah kalian yakin 100% bila Indonesia akan lebih baik bila dipimpin menantu keluarga Cendana? I don't think so.

Jika si menantu ini dibiarkan naik takhta, bisa-bisa kekelaman rezim Orba terulang lagi. Media dibredel. Kebebasan berpendapat dikuliti. Selusin aturan diskriminatif dipaksakan. Memangnya mau kayak gitu lagi? Nope.

Indonesia sudah damai. Tak perlu dibuat sehancur Gaza atau Venezuela. Jangan samakan Indonesia seperti Middle East yang penuh konflik.

Young Lady heran. Negara lain sudah kemana, Indonesia masih meributkan hal tak penting. Politik identitas dibawa-bawa. Soal Pemilu dibesar-besarkan. Helloooooo, ini Cuma pesta 5 tahun sekali, my love. Bukan perang Badar yang darurat! Bagaimana Indonesia mau lebih maju lagi bila terus-menerus meributkan hal tak penting? Wasting time.

Seharusnya 02 belajar dari Bill Shorton dan Hillary Clinton. Ayolah, belajar mengalah dengan sportif. Anggap aja lagi ikutan kontes modeling, trus kalah. Ada peserta yang catwalknya lebih bagus. Gitu aja kok repot. Janganlah 02 jadi majnun bin hayal. Memangnya enak diledekin jurnalis luar negeri?

Kubu 02 terlalu mendramatisir suasana. Mulai dari menganggap Pemilu layaknya peperangan, melibatkan malaikat Allah, membuat drama penganiayaan, dan meneriakkan kecurangan. Kenapa harus teriak-teriak di medsos? Lapor saja ke lembaga yang berwenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun