Ah, cepat sekali berubah.
** Â Â
Hangat. Tangan, kaki, dan sekujur tubuhnya makin hangat. Demam tinggi menyerangnya.
Sesak. Dada ini serasa sesak. Ayah Calvin sulit bernafas menahankan beban luka lama.
Ia berbaring terlentang di ranjang king sizenya. Satu tangannya mengetikkan sesuatu di iPadnya. Menulis, terapi jiwa paling ampuh yang ia lakoni.
Bukan, bukannya Ayah Calvin tak mau menghabiskan waktu bersama Jose. Ia hanya ingin sendiri. Tanggal 13 Mei masih terlalu berat untuk dihadapi.
21 tahun berlalu. Namun, Ayah Calvin masih merasakan kesakitan. Betapa buruknya kenangan. Membuat luka, menciptakan goresan kepedihan abadi.
Sakit itu masih sama. Perih itu tetap membekas. Tapi, bagi Ayah Calvin, bukan waktunya lagi untuk takut. Saat untuk takut sudah lewat.
Tulisannya selesai. Blognya dimuati artikel baru. Ayah Calvin terlelap.
Antara tidur dan terjaga, Ayah Calvin merasakan Jose berbaring di sampingnya. Anak itu pasti masuk lewat balkon. Jelas-jelas pintu kamarnya dikunci.
Jose memegang tangannya. Pelan tetapi jelas, anak membanggakan itu berbisik.