Ayah Calvin hanya diam. Jose tak mengerti arti kata minoritas. Rasanya seperti sesuatu yang asing. Ah, entahlah.
Lain lagi Paman Adica. Gayanya yang to the point memang bikin orang lain geregetan.
"Kamu bodoh sekali, Dahak. Sudah bodoh, penyakitan lagi. Kapan sembuhnya itu luka?"
Masih diam, Ayah Calvin tetap diam. Kemarahan dua sahabatnya seakan tak berpengaruh.
Tahun ini beda. Tak ada Paman Revan dan Paman Adica yang menegur Ayahnya. Jose sendirian, benar-benar sendiri.
Sedihnya, 13 Mei tahun ini jatuh di bulan mulia. Makin suram saja. Sejak sepertiga malam, Jose sedih sekali. Ia menolak saat diambilkan makan oleh tiga pengasuhnya.
Ketiga pengasuh itu seperti makan gaji buta. Mereka hanya menjaga Jose saat Ayah Calvin tak ada. Nyatanya, Jose hampir setiap waktu bersama sang ayah. Tapi tak apa. Ayah Calvin lebih dari sanggup membayar mereka.
"Tuan muda, ayo makan..." bujuk pengasuh termuda.
Jose menggeleng. Mendorong jauh-jauh piring berisi tom yamnya.
"Nggak mau! Jose mau makan kalo disuapin Ayah!" tolaknya.
"Tuan Calvin kan lagi sakit...nggak bisa dong, kalo harus suapin Tuan muda." Jelas pengasuh tertua.