"Tapi..."
Terdengar derap langkah berlari. Dua pasang kaki menghampiri. Paman Revan dan Paman Adica tiba. Mereka memegang kedua lengan Ayah Calvin.
"Ayah...Ayah dimana?" Jose memanggil-manggil Ayahnya, pilu.
Anak ganteng yang telah menulis beberapa buku itu berkeliling rumah. Naik-turun tangga, melewati kolam renang, keluar-masuk ruangan. Ayah Calvin tak ada dimana-mana.
Jose tiba di ruang kerja. Dia terpana. Banyak potret dirinya terpajang di ruang kerja Ayah Calvin.
"Calvin...are you ok?" tanya Paman Revan khawatir.
Ayah Calvin muntah darah. Noda darah mengambang di lantai rumah sakit bagai bunga-bunga merah. Paman Revan, Paman Adica, dan Dokter Tian cemas luar biasa. Segera saja mereka mengangkat tubuh Ayah Calvin ke atas brankar. Melarikannya ke emergency.
"Jangan....beri tahu...Jose." Ayah Calvin memohon, takut sekali anak tunggalnya tahu.
Jose tahu, Jose merasakan. Betapa Ayah Calvin menyayanginya. Tapi, kalau Ayah Calvin sayang dirinya, mengapa Jose sering ditinggal-tinggal?
Sering kali Ayah Calvin meninggalkannya begitu lama di jam-jam tertentu. Jaangan harap Jose bisa memeluk Ayahnya jam 6 pagi, jam 9, dan di atas jam 7 malam. Pernah Ayah Calvin bilang begini pada anak semata wayangnya.
"Ayah tidak bisa 24 jam sehari dan 365 setahun mendampingimu, Jose. Ayah Calvin hanya satu. Arus dibagi-bagi."