"Ah, Gabriel udah besar! Cerita dong, Ayah!"
"Kamu itu masih minum susu. Kalo tidur masih minta dipeluk Ayah. Artinya kamu masih kecil." kata Calvin seraya mencubit hidung Gabriel.
Ingin Gabriel memprotes lagi. Namun, ia mengurungkan niat setelah menatap lekat wajah tampan sang ayah.
"Ayah kok pucat?"
Pada saat bersamaan, Calvin terbatuk. Gabriel terhenyak. Anak berwajah malaikat itu tahu, sesuatu telah terjadi pada ayahnya.
"Ayah sakit?" tanya Gabriel lagi, lembut menyeka noda merah di sudut bibir Calvin.
Sesaat Calvin menelan salivanya. Pria tampan berjas dark blue itu mengusap lembut rambut Gabriel.
"Ayah tidak apa-apa, Sayang. Jangan khawatir." ujarnya lembut.
"Tapi..."
"Tidak apa-apa, Sayang. Tidak apa-apa."
Demi Nabi Yunus yang terlempar ke perut ikan, Calvin setengah mati merahasiakan kondisinya dari Gabriel. Malaikat kecilnya tak perlu tahu bahwa ayahnya memaksakan diri keluar dari rumah sakit. Semata hanya untuk merayakan hari Penghapusan Diskriminasi Rasial bersamanya. Semata demi melanjutkan tulisan-tulisan di blognya tentang politik dan isu rasial.