"Gabriel..."
Calvin siap, sungguh siap dengan sambutan hangat itu. Sedetik kemudian, anak tunggalnya sudah berada dalam pelukan. Binar bahagia terpancar jelas di mata biru seindah safir.
"Gabriel kangen Ayah." lirih Gabriel.
Jose Gabriel Calvin, permata hatinya. Hartanya yang paling berharga. Calvin mencintai anak itu lebih dari cintanya pada diri sendiri. Tak setetes pun darah Calvin mengalir di tubuh Gabriel. Namun, cinta Calvin tetap mengalir lembut untuknya.
Sejurus kemudian Calvin menggendong Gabriel. Memutarnya, pelan membisikkan.
"Selamat Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial, Sayang."
Kening Gabriel berkerut. Bola matanya membulat sempurna.
"Diskriminasi? Rasial? Makanan apa itu, Ayah?" tanyanya polos.
Mendengar itu, Calvin tertawa. Pelan mengacak-acak rambut anaknya.
"Itu bukan makanan, Sayang. Nanti kalau Gabriel sudah besar, Ayah akan cerita."
Gabriel merengut. Lucunya wajah anak itu.