Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mozaik Sepi Pasien VIP

8 Maret 2019   06:00 Diperbarui: 8 Maret 2019   06:05 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu kenapa, Adica?"

"Tidak bisa minum. Mau minum saja harus dibatasi. Tidak boleh lebih dari satu liter. Setelah makan, baru boleh minum setengah jam kemudian. Kalau aku kebanyakan minum dan bolos cuci darah, tubuhku bisa membengkak seperti monster."

Putra sulung keluarga Assegaf itu tertawa miris. Calvin dan Revan menepuk-nepuk lembut punggungnya.

"Yah, setidaknya kalian masih bisa melihat. Masih bisa menikmati langit senja yang indah."

"Apa maksudmu, Revan?" sergah Adica tajam.

Revan menghela napas. Sedikit menunduk, merasakan perih di kedua matanya.

"Retinoblastoma. Buat apa punya mata indah tapi membawa penyakit? Kebetulan saja aku hafal lingkungan rumah sakit ini, jadinya tidak perlu pakai tongkat."

Calvin dan Adica terenyak. Mata Revan sangat indah. Tapi...

"Jarang sekali ada orang Indonesia bermata biru." ungkap Adica.

"Iya. Dan aku menyesal punya mata seperti ini."

"Jangan menyesali keadaan, Revan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun