Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudahkan Kita Menggunakan Mata untuk Kebaikan?

2 Maret 2019   06:00 Diperbarui: 2 Maret 2019   06:07 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semester lalu, jadwal kuliah di kelas Young Lady sering kosong. Alhasil lebih banyak waktu untuk bersantai di kelas dan mengerjakan tugas dibandingkan mendengarkan materi yang disampaikan dosen.

Menyenangkan? Tidak juga. Young Lady cantik malah bosan. Terlebih, Young Lady cantik muak dengan tingkah teman-teman sekelas.

Bagaimana tidak, pada satu Kamis pagi yang sejuk, penanggung jawab mata kuliah mengumumkan bila dosen tidak masuk. Mereka bersorak dan memutuskan ingin melakukan apa untuk mengisi waktu senggang.

"Nonton film yuk," ajak salah seorang teman.

"Yuk. Nyalain infokusnya."

"Kita nonton bokep aja gimana?"

Mendengar itu, Young Lady merinding seketika. Menghabiskan waktu luang di kelas hanya untuk menonton film biru?

"Video Ariel-Luna masih nyimpen nggak? Nonton itu aja."

Hati Young Lady tercabik. Antara prihatin dan ingin tertawa. Ingin tertawa karena kasusnya sudah tahun kapan, videonya masih dicari-cari. Prihatin karena melihat cerminan tingkah buruk mahasiswa zaman now dari kelakuan teman-teman sekelas.

Tanpa senyum, Young Lady berkata dingin pada mereka.

"Punya mata yang sehat kok dipakai buat nonton film begituan. Memangnya nggak takut dosa mata?"

Believe it or not, sedetik kemudian seisi kelas langsung bungkam. So, hari itu mereka batal nonton film porno.

Mereka mau bully Young Lady? I don't care. Jelas-jelas niat mereka kotor kok. Perkara tanpa senyum itu memang kebiasaan Young Lady. 

Young Lady sangat pelit senyum di kelas dan di luar kelas. Hanya pada orang-orang tertentu dalam hidup ini yang bisa membuat Young Lady tersenyum.

Honestly, sikap mereka menyedihkan, mengecewakan, dan membuat marah. Mereka memiliki mata yang sehat, tapi sepasang mata itu digunakan untuk melihat hal negatif. Mereka memakai mata untuk maksiat. Apa kabar kehidupan di akhirat kelak?

Hari pembalasan itu pasti. Tiap organ tubuh akan diminta pertanggungjawabannya. Pada hari itu, bukan bibir yang bicara. Tapi seluruh anggota tubuh akan bicara, melaporkan tanggung jawab pada Tuhan.

Mata berfungsi untuk melihat. Pupil, iris, kornea, dan retina berkoordinasi mentransmisikan cahaya, warna, gambar, figur, dan siluet pada para pemilik mata. Itu kalau matanya sehat. 

Lain hal bila satu atau semua bagian mata rusak. Kita takkan bisa melihat dengan sempurna, atau bahkan mengalami kebutaan.

Bersyukurlah mempunyai mata yang sehat. Cara mensyukurinya bukanlah dengan maksiat, melainkan dengan melakukan kebaikan. Coba tanyakan pada diri sendiri. Untuk melihat apa sajakah mata kita selama ini?

Pernahkah kita melakukan dosa mata? Mungkinkah kita pernah memanfaatkan mata untuk maksiat? Sudahkah kita menggunakan mata untuk menolong orang lain yang kehilangan penglihatan?

Berkacalah, koreksi dan introspeksi mata kita. Selama terpasang di wajah kita, perbuatan apa saja yang pernah dilakukan oleh mata. 

Jangan-jangan mata itu dilakukan untuk melihat kejahatan, menulis ujaran kebencian, membaca semburan fitnah, melihat hal-hal erotis yang tak pantas, dll. Pikirkan oleh kita untuk menggunakan mata demi kebaikan.

Dulu, waktu masih sekolah, Young Lady sering bertemu sekelompok pemuda tampan dan gadis cantik yang menggunakan mata mereka untuk membacakan buku. Buku-buku itu dibacakan buat anak-anak yang tidak bisa melihat. 

Saat anak-anak yang tidak bisa melihat itu mengikuti ujian akhir semester, mereka pun hadir untuk membacakan serta mengisikan lembar soal. Untuk apakah orang-orang cantik dan tampan itu melakukannya? Karena uangkah? Tidak. Mereka sudah cukup melimpah dari segi finansial. 

Mereka orang-orang metropolis yang terpelajar, kaya, dan berasal dari orang tua mampu. Lalu untuk apa? Semata demi tujuan mulia. Demi menolong mereka yang tidak bisa melihat.

Malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan" termasuk satu dari segelintir orang tampan dan cantik itu. Meski dirinya melakukan kebaikannya secara mandiri, tidak tergabung dalam komunitas reader mana pun. Dan hanya untuk satu orang saja.

Gunakan mata untuk kebaikan. Kompasianers, tergerakkah kalian menggunakan mata kalian untuk menolong orang lain?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun