"Apakah dia juga mencintaimu?"
"Saya melihat cinta di matanya. Pater, di balik kebutaannya, hatinya penuh cahaya."
"Kamu mencintai seseorang yang punya keterbatasan dan berbeda denganmu. Apa langkahmu?"
"Saya akan berdiri untuknya."
"Adeline, tak ada yang bisa menyalahkan cinta. Sulur cinta tumbuh merambati pohon perbedaan. Kau tahu kenapa aku sering menjodohkan anggota Mudika? Untuk menghindari cinta beda agama, pernikahan campur, dan penurunan jumlah umat. Sekeras apa pun aku berusaha, aku tak bisa melawan takdir."
Kesedihan melintas di wajah sang Pater. Adeline tak tega, namun ia teguh pada prinsipnya.
"Ini pengakuan terakhir saya, Pater. Mulai minggu depan, saya takkan datang lagi ke sini."
Sudah jelas, jelaslah semuanya. Pengakuan ini berujung perpisahan. Tuan Effendi terkesan dengan sikap Adeline. Tak semua orang yang berpindah ke lain sekte bisa bersikap seperti itu.
"Saya masuk baik-baik. Saya pun ingin keluar baik-baik, Pater."
** Â Â
-Semesta Dokter Tian-