Calvin menunjukkan Alquran yang dibawanya. "Dokter Tian, ajari aku membaca Alquran."
Perkataan Calvin membuat Dokter Tian tersentak. Hatinya tercabik dilema. Antara senang, kaget, ingin mengajari, tapi takut melakukan kesalahan.
"Dari mana kaudapat Alquran itu, Calvinku?"
"Dari Tuan Adica. Waktu itu, dia mengetesku membaca Alquran."
"Ah ini tak mudah...kau belajar Alquran karena terpaksa, kan?"
"Rasanya aku menjual keyakinanku sendiri. Tiap pagi dan sore aku puja bakti, tapi empat kali sehari aku shalat. Ini aneh sekali, Dokter Tian. Perasaanku tak lagi sama saat bermeditasi dan membaca Paritta."
"Apa maksudmu?"
"Hatiku kosong. Tak ada getaran halus seperti biasanya. Lain saat aku shalat. Sesuatu yang lembut menyentuh hatiku. Jiwaku ditetesi embun, dingin dan menyejukkan."
Hati Dokter Tian bergetar hebat. Ya, Allah, apakah doanya terjawab? Diam-diam Dokter Tian mendoakan Calvin agar memeluk Islam. Nama Calvin selalu terucap dalam doa-doa sepertiga malamnya. Mungkin saat itu malaikat diam-diam mencatatnya, menyampaikannya pada Allah, dan Allah mengiyakan.
Tanpa kata, Dokter Tian merangkul Calvin penuh kasih sayang. Pria kelahiran 14 Februari itu berjanji akan mengajari Calvin membaca Alquran. Bagai ayah yang mengajari anaknya memaca kitab suci.
"Kita mulai dari surah yang paling mudah sekaligus paling indah dulu ya..." kata Dokter Tian dengan mata basah. Dibukanya surah Al-Ikhlas.