Kecintaan pada Indonesia juga mereka wujudkan dengan membuat gerakan anti hoax. Mereka hanya mau membagikan berita dari media arus utama. Satu konvensi tak tertulis di antara mereka: jika ada anggota yang intoleran dan rasis, harus segera dikeluarkan.
"Permainan pianomu bagus sekali, anak muda." puji seorang wanita tua berambut lurus dan bermata sipit.
Calvin tersenyum menawan. Ia bergegas menyusul Abi Assegaf di meja utama. Terlihat pria itu tengah dikerumuni beberapa saudara seetnisnya. Tak ingin mengganggu, Calvin mengambil tempat duduk agak jauh.
Dari tempat duduknya, terlihat jelas halaman depan cafe. SUV merah baru saja menepi. Pintunya terbuka. Terlihat Adica turun dari mobil. Ia berjalan memutar, lalu membukakan pintu mobil sebelah kiri.
"Silakan, Ummi." kata Adica gallant,
Sesosok wanita anggun berambut coklat panjang turun dari mobil. Gaun brokat berwarna merah darah membalut tubuhnya. Calvin terperangah. Adica anggota komunitas ini juga. Lalu, wanita itu dipanggilnya Ummi. Berarti...
"Hei, caregiver fake. Kau di sini juga?"
Adica menepuk pundaknya keras-keras. Ditingkahi teguran halus Adeline. Untuk pertama kalinya Calvin melihat mantan istri Abi Assegaf.
"Iya. Saya menemani Abi, Tuan."
"Bagus. Jaga Abiku dengan baik. Kau sudah shalat?"
Mendengar itu, Calvin terkesiap. Dia belum siap menjawab.