Baik sekali pemuda ini. Ia tidak menekan tombol lantai dasar dan membiarkan lift terus naik. Mementingkan orang lain, sungguh tidak egois. Makin terkesan Tuan Effendi karenanya.
"Siapa namamu?" Tuan Effendi berani bertanya.
"Calvin Wan."
Senyum itu, suara empuk itu, pembawaan lembut dan penyayang itu. Sempurna menggetarkan hati Tuan Effendi. Calvin, nama itu berdenting lembut di kepalanya. Seperti denting hujan yang jatuh dengan lembut di atas kelopak bunga.
** Â Â
-Semesta Dokter Tian-
Manik matanya tak puas menatapi sosok itu. Sosok tinggi semampai berparas pucat yang tengah menenangkan anak kecil berkepala botak.
"Kamu harus kemoterapi, Sayang. Nggak sakit kok, kamu pasti sembuh."
"Tapi Kaka ganteng temenin aku ya..."
"Iya, Sayang."
Hati Dokter Tian menghangat. Calvin berhasil membujuk anak itu kemoterapi. Diberinya sebatang coklat untuk anak itu. Ah, baik sekali. Dokter Tian tahu, Calvin tak memiliki banyak uang. Namun semangatnya untuk berbagi layak menginspirasi.