Ingatan akan pasien kritis itu naik ke permukaan. Bagaimanakah kondisinya sekarang?
Pertanyaannya terjawab. Smartphonenya berdering. Menyudahi zikirnya, ia beranjak ke meja. Menjawab telepon itu tanpa melihat nama kontaknya.
"Tian! Kau membunuh lagi ya?!"
Lengkingan suara di seberang sana sangat dikenalinya. Darahnya serasa berhenti berdesir.
"Apa...apa maksudmu, Sayang?"
"Barusan aku ditelepon keluarga Ci Maria! Katanya Ci Maria meninggal! Kau kelewatan, Tian! Kaubunuh anak kita, sekarang kaubuat Ci Maria meninggal!" teriak perempuan itu setengah terisak.
Ponsel pintar di tangan Dokter Tian terjatuh. Wajahnya memias.
** Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H