Kamila menahan kegeramannya. Anak manja, pikirnya marah. Arlita ternyata punya anak perempuan yang begitu menyebalkan.
Lama-lama Abi Assegaf mengerti. Sang putri hanya ingin melindunginya. Ia tersenyum, sabar menghadapi kemanjaan Syifa. Mengisyaratkan pada Kamila untuk berhenti mengejar-ngejarnya.
Tepat pukul sembilan, Abi Assegaf mengawali program siaran rohani itu.
"Pendengar dimana pun Anda berada, saatnya kita simak program ruang agama Buddha. Siaran ruang agama Buddha akan dipandu pembawa acara Steven Liem dengan topik Toleransi Dalam Pandangan Agama Buddha. Selamat mendengarkan."
Abi Assegaf beranjak bangkit setelahnya. Dengan lembut, dirangkulnya Syifa. Dibawanya sang putri keluar studio. Diam-diam Syifa melempar senyum penuh kemenangan pada Kamila. Tanpa diduga, Kamila mengikuti mereka.
"Kamila? Kenapa Anda tidak di dalam?" tanya Abi Assegaf, mengangkat alisnya.
"Tidak. Saya malas mengikuti ceramah keagamaan." sahut Kamila singkat.
Kerutan terbentuk di kening Abi Assegaf. "Lalu, untuk apa Anda ke sini?"
"Hanya ingin bertemu Anda, Zaki."
Rasa muak naik ke perut Syifa. Hanya Umminya yang boleh memanggil nama depan itu.
"Sekarang sudah bertemu, kan?" Abi Assegaf tersenyum.