"Abi Assegaf, para pengisi acara ruang agama Buddha sudah datang." kata Bunda Rika.
"Ok. Suruh mereka masuk." perintah Abi Assegaf.
Tujuh orang berwajah oriental datang. Syifa langsung teringat Calvin. Tapi, jelas Calvin berbeda dengan mereka. Abi Assegaf menyambut hangat tujuh orang itu. Ia begitu ramah dan terbuka. Hari Sabtu minggu kedua, jadwalnya siaran ruang agama Buddha.
Syifa keliru. Bukan tujuh orang yang akan mengisi, tetapi sembilan. Dua orang terakhir masuk belakangan. Seorang remaja perempuan berkulit putih dengan mata sipit, dan...
"Ibu Kamila?" desisnya.
Ya, tak salah lagi. Perempuan bercelana panjang putih dan berambut pendek itu Kamila. Senyum Syifa memudar. Ditatapinya Abi Assegaf, kalut.
"Nanti saya yang akan menyanyi. Ini file minus one-nya." kata si gadis belia, meletakkan sebentuk flashdisk.
Abi Assegaf membantu gadis itu memindahkan file dengan lembut. Semua pengisi acara diperlakukannya dengan penuh kasih, termasuk Kamila. Tangan Syifa terkepal erat. Sungguh, dia tak suka Abinya dekat-dekat dengan Kamila.
Terlihat Kamila berusaha menempel Abi Assegaf. Tidak, ia tak bisa dibiarkan. Syifa bangkit, pelan mendorong bahu Kamila hingga akhirnya ia berada tepat di samping ayahnya.
"Syifa Sayang...duduk dulu, Nak. Abi masih mengurusi pengisi acara ruang agama Buddha."
Syifa tak bergeser dari tempatnya. Terus saja dia merapat pada Abi Assegaf. Bahkan, beberapa kali ia bergelayut manja di lengan pria itu.