Semoga tenang kau di sana
Selamanya (Seventeen-Kemarin).
Kugesekkan bow. Kualunkan nada-nada indah biolaku. Ya, Tuhan, lagu ini seperti penebar firasat.
Kemarin, rasanya baru kemarin aku melihat Gabriel. Aku membentak-bentaknya karena membuatkan bekal makan siang untuk Syifa. Sesalku berkepanjangan. Seharusnya tak kulakukan itu.
Punggungku merinding. Sakitkah Gabriel? Ah tidak, tidak. Masa seorang perawat sakit parah?
Ataukah dia jera bekerja di keluargaku? Sebuah kehilangan besar bila dia pergi. Gabriel, malaikat dalam keluargaku.
Kuharap tak terjadi sesuatu yang buruk padanya. Aku ingin meminta maaf padanya. Kuingin menebus kesalahanku. Kuingin memberinya sesuatu, apa pun untuk menebus tindakanku yang tidak pantas.
Aku bermain biola dalam kesedihan. Entah, aku rindu sekali dengan Gabriel. Dia seperti bukan orang asing dalam hidupku. Siapakah Gabriel, itu masih jadi tanda tanya.
-Semesta Syifa-
Mulai hari ini, tak ada lagi lunchbox berisi menu masakan rumahan di tasku. Aku harus memaksakan diri makan di luar lagi seperti dulu. Malaikat tampan yang biasa memasakkanku kyaraben dan jenis bento lainnya tetiba menghilang.
Gabriel, mengapa kau tak ada lagi? Sudahkah kau berhenti menyayangi keluargaku? Tak tahukah kau, kami masih butuh kamu.