** Â Â
Harmoni cinta begitu terasa di Refrain Radio. Tak ada sekat perbedaan, tak ada kelas sosial yang memisahkan. Lihatlah bagaimana mereka memperlakukan jenazah cleaning service itu.
Deddy mendesah tak sabar. Pelan meletakkan telepon. Dia sudah berkali-kali mengontak pihak keluarga si cleaning service. Keluarga jauh tepatnya, karena almarhum tinggal sendirian semasa hidupnya.
"Bagaimana, Deddy?" tanya Arlita dalam bisikan.
"Keluarga tolol. Teleponnya tak diangkat." geram Deddy kasar.
Sasmita menengahi. Meminta Deddy jangan emosi. Para karyawan yang lain bergerak setulus hati. Mengangkat jenazah, membaringkannya di meja.
Tak lama, Abi Assegaf tiba. Arlita menghambur ke plukan suaminya. Abi Assegaf balas memeluk sang istri penuh cinta. Pria tampan itu telah mengenakan jas dan dasi hitam. Style berpakaiannya tiap kali menghadiri acara pemakaman.
"Kita semayamkan jenazahnya di Refrain," Abi Assegaf memutuskan, nadanya tegas dan berwibawa.
Deddy, Sasmita, Arlita, dan seluruh karyawan mengangguk setuju. Bukan karena tak ada pilihan. Bukan karena paksaan. Mereka tulus melakukannya. Tulus karena kasih.
"Oh Assegaf Sayang, kau sepemikiran denganku. Dimana anak-anak kita? Kenapa mereka tidak diberi tahu?" Arlita bergumam lirih, matanya berkaca-kaca.
"Di sini, Ummi."