"Kalian lupa atau bodoh? Jelas Assegaf lebih kaya dari kalian! Tapi dia tenang-tenang saja!"
Mendengar itu, hati Assegaf berdesir. Arlita menyebut namanya? Arlita membandingkannya dengan dua yang lain?
"Deddy!" Jari lentik berkuku lancip Arlita menusuk lengan Deddy.
"Kalau toko bangunan dan jaringan resto keluarga Riantama bangkrut, kamu takkan lebih kaya dari Assegaf."
Menakutkan juga gadis ini kalau sedang emosi. Kini ia beralih pada Sasmita.
"Kalau Abahmu tetiba turun pamornya dan sepi job, kamu tidak akan lebih kaya dari Deddy."
Sasmita bergerak ketakutan. Hal yang membuat pamor seorang ulama turun adalah ceramah radikal, tingkah tak pantas di publik, dan poligami kontroversial.
Saat itulah Assegaf tersadar. Kalung di leher Arlita kalung emas biasa. Bukan lagi kalung salib.
"Arlita, kalungmu..."
"Iya. Aku sudah tak pakai kalung salib lagi, Assegaf." Arlita tersenyum hangat.
Refleks Assegaf bangkit berdiri. Lengannya terentang. Arlita menyambut pelukan itu. Keduanya berpelukan, berputar seolah sedang berdansa, lalu menjauh dari kaki tangga.