Tanda tanya bersemi di hati orang-orang. Bagaimana bisa Deddy yang angkuh dan kasar bersahabat dengan Assegaf yang lembut dan penyabar? Putra Mei Riantama dan putra Tamara Shihab bersahabat dekat.
"Mungkin di kehidupan sebelumnya, ibu kita saling kenal. Lalu ibu kita berjanji jika anak mereka lahir laki-laki, maka akan jadi sahabat dan saudara. Jika laki-laki dan perempuan, harus dijodohkan." kata Deddy setengah bercanda pagi itu.
Assegaf tak percaya reinkarnasi. Agamanya mengajarkan hidup hanya sekali. Namun demi menghargai ajaran yang diyakini Deddy, ia memasang senyum.
"Apakah di kehidupan selanjutnya kita tetap sahabatan, aku tidak tahu." Deddy melanjutkan.
Tak ada kehidupan kedua atau ketiga. Hanya ada alam akhirat yang kekal abadi. Assegaf hanya menyuarakannya dalam hati. Toleransi, toleransi, toleransi.
"Sudah ah. Serem ngobrolin kehidupan terus. Aku mau ketemu Tania dulu. Bye."
Setelah berkata begitu, Deddy berlari ke mobilnya. Mengendarai sedan hitam itu keluar halaman Refrain Radio. Assegaf melambaikan tangan, lalu berbalik ke lobi.
Bisa saja ia pergi. Toh durasi siarannya sudah usai. Entah mengapa, owner Refrain Radio itu ingin tetap di sini. Ada tarikan di hati yang menyuruhnya stay di studio.
Sesaat Assegaf membaca  laporan dan surat-surat testimoni dari pendengar. Cukup puas dengan respon mereka. Refrain Radio setia dan konsisten. Sekali di udara tetap di udara.
Jelang waktu Zuhur, Sasmita datang. Matanya agak merah. Sedikit terhuyung ia memasuki studio. Tangan Assegaf terulur tanpa diminta, membantu sahabat freakynya itu duduk. Sasmita baru saja mabuk lagi.
"Mana Deddy?" tanya Sasmita.