"Ok. Sebentar ya." Arlita meraih pulpen, lalu menandatanganinya.
"Dan ini honor untukmu. Honor narasumber."
Dengan lembut tapi tegas, Arlita menepis amplop kecil berisi sejumlah uang yang diulurkan si staf berumur. Diserahkannya amplop itu ke tangan staf suaminya.
"Untukmu saja. Kau leih membutuhkannya, aku yakin." ujar Arlita.
Mata si staf membola. "Benarkah?"
Satu anggukan Arlita sudah cukup. Si staf berumur itu mengantongi amplopnya, pelan berterima kasih.
Manik mata Adica mengawasi momen itu. Hatinya menghangat dialiri rasa bangga. Bangga sekali ia pada Umminya. Narasumber mana yang memberikan uang jatahnya untuk pegawai radio?
Tak perlu membuang-buang energi untuk memberi nasihat kebaikan. Cukup tunjukkan saja. Jangan mengandalkan kata-kata, tapi andalkan aksi.
Selepas kepergian staf berumur, Adica merengkuh Arlita ke pelukannya. Ia berbisik ke telinga wanita itu.
"Aku cinta Ummi...seperti aku cinta Abi."
** Â Â Â