Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Pasangan Penyintas Kanker, Tsunami, dan Rinai Air Mata

26 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 26 Desember 2018   07:09 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, dengarlah itu. Tetap setia walau ditinggalkan pasangan untuk selamanya.

Arlita menggigit bibir. Jawaban tegas Deddy membuatnya merenung. Tidak, dia takkan menikah lagi bila Abi Assegaf meninggal lebih cepat.

**   

Peti kayu itu polos tak berhias. Ukiran kayunya diglasir halus. Di tutupnya, terukir nama: Karina Lin.

Deddy membawa peti itu bersamanya ke rumah sakit. Ia berniat menginap di sana untuk menjaga Abi Assegaf bersama yang lain. Hampir semua berkumpul di ruang rawat, kecuali...

"Nona Syifa?"

Seorang pegawai berseragam merah dengan logo Pieters Jewelry menepuk bahunya. Syifa buru-buru menelan suapan terakhir pai apel, lalu bangkit berdiri. Hidangan makan malam di tepi pantai nikmat sekali. Sesaat membuatnya terlupa.

"Sebentar lagi aku harus naik ya? Ok ok..." ucap Syifa, lalu berlari kecil ke backstage.

Sepersekian menit Syifa berkutat di depan cermin. Memperbaiki penampilan. Memastikan lipatan gaun soft pinknya tetap rapi. Memolesi bibirnya dengan lipstick. Makan malam tadi membuat warna peach di bibirnya pudar. Tepat pada saat itu, pandangannya tertumbuk ke arah laut.

"Masya Allah...apa itu? Mengapa ada bunga api di kejauhan sana?" Syifa bergidik, menahan rasa takut.

"Jangan takut, Assegaf." Deeddy berkata menenangkan, mengguncang pelan peti yang dipegangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun