Adica dan Syifa menemani Arlita sampai ke halaman depan. Mereka tak tega membangunkan Abi Assegaf. Sejak kemarin, kondisi kesehatan Abi Assegaf tak cukup baik. Arlita hanya berpesan pada anak-anaknya untuk menjaga Abi mereka.
Sedan mewah itu meluncur pergi. Adica dan Syifa melambaikan tangan. Sejurus kemudian, mereka berbalik kembali ke dalam rumah.
Betapa herannya mereka melihat Abi Assegaf berjalan menuruni tangga. Keduanya sigap membantu. Terlambat, Arlita telah pergi ke studio. Pastilah Abi Assegaf mencari-cari Arlita.
** Â Â
"Assalamualaikum warrahmatullahi wa barakatuh. Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah karena kita dapat berjumpa lagi dalam program Kuliah Subuh. Saya, Arlita Maria Anastasia Assegaf, akan menemani Anda hingga jelang pukul enam. Saya tidak sendiri. Ada Rika Purnama sebagai pengarah siaran, dan Tommy Ruhendi sebagai pengarah teknik. Topik kita pagi ini adalah...Kehidupan yang Hakiki."
Wanita cantik itu membuka program. Luwes dan elegan seperti biasa. Di meja produser, Bunda Rika meneteskan air mata. Kedua ibu jarinya bertaut, saling mengait. Hatinya bangga dan terharu. Dia belajar ilmu ketegaran, ilmu ketabahan, dan ilmu kesabaran dari Arlita.
"Arlita...kamu mendapatkan segalanya."
Di lain tempat, belasan kilometer dari Refrain Radio, seorang wanita surviver kanker menangis. Menekapkan bantal kee wajah. Dadanya membara dengan rasa iri.
Walau menguragi intensitas manuvernya dengan suami orang, wanita ini diam-diam masih memantau incarannya. Jangan kira Debby Kamila akan berhenti begitu saja. Perempuan pemantik api cemburu itu memang perlu diwaspadai.
Mendengarkan siaran Arlita, air mata kemarahan menjatuhi pipi chubby Kamila. Emosi negatif memuncak. Perempuan ini tetap tak terima dengan sempurnanya Arlita dan ketulusan Abi Assegaf bertahan mencintainya. Kamila iri, sungguh iri pada istri Abi Assegaf.
** Â Â Â