Wangi teh membelai hidung mereka setiba di gerai. Mereka berdua memilih meja yang paling dekat dengan jendela. Dari situ, mereka leluasa memandangi rinai hujan.
Dua gelas Matcha Green tea menemani mereka. Nampan besar berisi pastry, cheesecake, martabak keju mozarella, pai buah, tart karamel, pastel, bolu gulung, brownies, panada, dan klapertart nyaris tak tersentuh. Syifa melempar pandang sangsi ke arah nampan besar itu.
"Aku tidak tahu siapa yang akan menghabiskan makanan begini banyak," gumamnya.
"Kita bisa bagikan sepulang dari sini. Jangan membuang makanan."
Perkataan Adica disambuti anggukan Syifa. Sepersekian menit mereka menyesap teh dalam diam. Sering kali tatapan mereka bertemu. Mengalirkan cinta tak terkatakan dari kedalaman hati.
Kue-kue di nampan tak tersentuh. Rasa lapar mereka lesap. Tergantikan detak-detak cinta. Luar biasa, cinta bisa mengendalikan rasa lapar.
"Syifa, aku butuh kamu..." lirih Adica, bersandar ke bahu Syifa.
"What do you need?" bisik Syifa.
"Your love, your affection."
Lengan Syifa melingkar di leher Adica. Keduanya berpelukan erat. Teh menyatukan mereka.
Jarak di antara mereka makin menyempit. Adica nampak begitu tampan. Syifa sangat menawan dan cantik, walau memakai gaun setengah basah.