Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Hijab Cantik, "Inner Beauty" Mantan Putri Altar

13 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 13 Desember 2018   06:41 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dulu, Abi Assegaf tak pernah memaksakan Arlita berhijab. Istrinya masuk Islam saja sudah menjadi kesyukuran terbesar baginya. Ia tak mau berharap lebih dari itu. Toh Arlita sudah menjadi wanita Muslimah yang sangat, sangat baik. Ibadah wajib yes, ibadah sunnah yes. Naik Haji sekali, umrah berkali-kali. Zakat fitrah dan mal berjalan konsisten. Sedekah tiap hari. Apa yang kurang?

Abi Assegaf hanya membimbing dan mengarahkan, tidak memaksa. Kenyamanan istrinya lebih penting. Jangan samakan Abi Assegaf dengan suami-suami fanatik penganut Islam garis keras. Ia bukan tipikal suami yang memaksakan istrinya harus berhijab dan melarangnya bekerja. Tidak, Abi Assegaf lebih moderat dari itu.

**    

iPhonenya berdering. Dinding kekhusyukan Arlita runtuh. Ia lepas abayanya, melemparnya ke karpet, terburu-buru meraih benda berlogo apel itu, dan berlari keluar kamar. Takut membangunkan Abi Assegaf.

"Ya, halo?" sapa Arlita tanpa melihat siapa nama peneleponnya.

"Arlita, bisakah kamu ke gereja sekarang? Pohon Natal di gereja kita roboh."

Detik berikutnya, hati Arlita berpagut penyesalan. Seharusnya dia tak perlu mengangkat telepon Yonathan.

"Bukan gereja kita, tapi gerejamu." koreksi Arlita ketus.

"Bagiku kau masih memiliki pancaran inner beauty khas wanita Katolik, Arlita. Jadi..."

"Stop. Apa yang kauinginkan?"

Hening sejenak. Yonathan sengaja mengulur waktu. Beraninya dia mempermainkan Arlita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun